Jelajah Bali Hari kedua: Tanah Lot dan Garuda Wisnu Kencana

Garuda Wisnu Kencana

Halo Travelers!

Artikel ini adalah artikel kedua dari Seri Jelajah Bali Tanpa Tour Guide dan Travel Agent. Di hari kedua ini, kami akan mengunjungi tempat wisata legendaris yang kebanyakan orang pasti sudah pernah dengar.

Sebelum lanjut, kalau kamu belum baca trip kami di hari pertama, yuk baca dulu. Klik di sini ya.

Hari ini kami akan mengunjungi:

  • Pantai Tanah Lot
  • Garuda Wisnu Kencana

Pantai Tanah Lot

Sekitar jam 7 pagi kami sudah mulai sarapan di resto hotel. Lanjut, jam 8 pagi kami langsung jalan ke Pantai Tanah Lot. Dari daerah Kuta ke Tanah Lot ini jaraknya sekitar 20 km lebih dan bisa ditempuh selama sekitar 1 jam perjalanan dengan sepeda motor.

Kenapa kami pilih ke Tanah Lot dulu di hari kedua? Jadi, Tanah Lot ini letaknya ada di Kediri, Kab. Tabanan yang kalau kita lihat di peta, destinasi ini berada di sisi barat pulau meskipun masih dekat dengan daerah selatan Pulau Bali. Di antara semua destinasi dalam Travel Itinerary kami selama di Bali, hanya Tanah Lot yang terletak agak ke barat. Jadi, kami dahulukan pergi ke sana karena kita tidak akan ke arah barat lagi.

Aku sarankan buat kamu yang mau jalan ke Tanah Lot, berangkat pagi-pagi saja. Perjalanan ke Tanah Lot ini bisa jadi healing tersendiri buat kamu. Jalanan cenderung lancar di pagi hari meskipun di hari Minggu. Kualitas jalan juga mulus sampai tujuan. Kanan kiri kami disuguhi pemandangan sawah atau bangunan-bangunan khas bali yang indah.

Perjalanan ke Tanah Lot

Sampai di kawasan Tanah Lot, kita akan disambut gapura besar. Di situ kami berhenti sebentar karena harus membeli tiket masuk. Harga tiket masuk untuk dewasa 30 ribu dan anak-anak 20 ribu sedangkan untuk turis asing diberikan harga berbeda yaitu 75 ribu per orang. Selain itu kita juga perlu membayar parkir sebesar 3 ribu Rupiah untuk sepeda motor. Lokasi parkir tidak jauh dari gapura pintu masuk.

Gerbang masuk Pantai Tanah Lot
Dari parkiran menuju ke arah pantai kita akan melalui jalan dengan kios pedagang di kanan kiri, terlihat seperti pasar yang khusus menjual oleh-oleh khas daerah sana. Kami tidak mampir jadi langsung menuju ke area pantai.

Jalan menuju aera Pantai Tanah Lot

Sampai di area pantai, yang paling ikonik dari Tanah Lot adalah adanya pura di tengah pulau kecil yang akan tersambung dengan daratan ketika laut sedang surut. Sayangnya pas kami ke sana, laut sedang pasang. Jadi, kami nggak bisa mengunjungi pulau tersebut.

Gapura memasuki area pantai dan pura

Pura tepi pantai
Pura Luhur Tanah Lot

Terakhir aku ke Tanah Lot sebelum trip kali ini adalah pas aku masih sekolah SMP, alias sudah jadul banget. Dulu, yang aku ingat dari Tanah Lot ya cuma pura di tengah laut itu yang namanya Pura Luhur Tanah Lot. Ternyata, kawasan wisata Pantai Tanah Lot ini luas banget lho.

Dari dekat Pura Luhur, kita bisa jalan kembali ke arah gapura. Di situ kamu jangan belok ke kanan melewati gapura (keluar kawasan). Kamu jalan lurus saja karena pemandangan pantai di sana juga nggak kalah bagus dan juga ada pura lain walaupun tidak berada di pulau terpisah.

Bangunan Pewageran

Kalau kamu lanjut jalan lurus kamu akan sampai di Pura Batu Bolong. Pura ini memang dibangun di atas tanjung yang di bawahnya ada lubang. Kalau kamu lihat di foto, ada garis merah, artinya kita nggak boleh masuk melewati batas itu karena pura adalah bangunan suci.

Pura Batu Bolong dari kejauhan

Taman menuju Batu Bolong

Pura Batu Bolong

Setelah puas berfoto di Batu Bolong, kami lanjut berjalan ke arah utara. Di sana kami bertemu pura kecil bernama Pura Batu Mejan. Tidak jauh dari sana, di tikungan kamu akan lihat sebuah resto seafood. Kamu boleh mampir kalau kamu mau. Kami sendiri nggak mampir karena untuk makan seafood sendiri rencananya kami mau makan di Jimbaran aja. Setelah ketemu resto itu, kamu bisa belok ke kanan untuk menuju parkir kendaraan dan keluar dari kawasan wisata Tanah Lot.

Resto Seafood dengan pemandangan pantai Tanah Lot

Keluar kawasan

Kembali ke Hotel

Dari Tanah Lot kami langsung mengarah kembali ke hotel. Tapi, karena sudah siang kami mampir ke rumah makan dulu buat makan siang. Warung yang kami kunjungi masih sama ya dengan di hari pertama, warung Ibu Tien di Kuta. 

Perut kenyang, kami kembali ke hotel untuk istirahat dan mandi sore sebelum ke Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Taman Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Setelah cukup beristirahat, kami berangkat ke GWK sekitar pukul 3 sore. Kami sengaja mengagendakan ke GWK di hari yang sama dengan Tanah Lot karena walaupun berbeda arah, jarak ke GWK tidak begitu jauh dari Kuta. Untuk mencapai GWK kami menempuh jarak sekitar 13 km dan waktu tempuh setengah jam saja.

GWK ini termausk taman wisata yang pengelolaannya paling baik. Dari jalan raya, akses masuk sangat terlihat dan jalanannya sangat lebar dan mulus. Sepeda motor kami hanya sampai ke parkiran saja. Kemudian kami diminta jalan sedikit ke pemberhentian shuttle. Ternyata, untuk memasuki bagian dalam kawasan wisata ini kami harus naik shuttle dari dekat parkiran motor. Tenang saja, shuttle ini gratis kok.

Akses masuk ke GWK
Jalan menuju parkiran

Pemberhentian shuttle dekat parkiran motor

shuttle service GWK

Shuttle akan mengantar kita ke loket pembelian tiket masuk sekaligus gerbang masuk area berbayar. Kami sendiri waktu itu beli tiket masuk dari Traveloka. Jadi, kami tinggal menukar saja dengan tiket berbentuk gelang di loket. Harga tiket masuk sebesar 120 ribu Rupiah per orang. Oiya, walaupun sudah diantar shuttle, kami masih harus berjalan kaki dari loket pembelian tiket ke gerbang masuk area berbayar, sekitar 10 menit berjalan kaki.

Gerbang masuk area berbayar

Tidak jauh setelah melewati gerbang pemeriksaan tiket, kami tiba di area amphiteater. Ruang ini biasanya menyuguhkan pertunjukan sendratari khas Bali. Sayangnya, pertunjukan digelar pukul 3 sore dan kami terlambat. Apalagi, kita sudah tidak perlu membayar lagi untuk menonton.

Amphitheater GWK

Karena tidak bisa masuk ke amphitheater, kami lanjutkan ke area berikutnya. Jangan khawatir, petunjuk arahnya cukup lengkap dan jelas, jadi kamu nggak bakal kesasar walaupun hampir tidak ada petugas di beberapa area.

Area berikutnya adalah Plaza Kura-kura. Plaza ini berupa taman dengan kolam yang cantik dan patung Dewi Lakshmi di tengah kolam. Dalam ajaran Hindu, Dewi Lakshmi ini adalah Dewi Kebaikan.

Patung Dewi Lakshmi di Plaza Kura-kura

Dari Plaza Kura-kura kami ikuti jalan saja ke area berikutnya dan kami tiba di Plaza Wisnu. Patung di sini adalah patung lama di kawasan GBK dan berbentuk setengah badan dan setengah lengan Dewa Wisnu. Dari Plaza Wisnu kami juga bisa melihat menara/patung Garuda Wisnu Kencana yang baru.

Patung Dewa Wishnu

Pemandangan Patung GWK dari Plaza Wisnu

Tidak jauh dari Plaza Wisnu, tibalah kami di Plaza Garuda. Di sini kamu bisa berfoto dengan latar patung Garuda. Nggak cuma itu, Plaza Garuda ini bentuknya lebih luas dengan banyak anak tangga. Waktu itu kebetulan sedang ada pertunjukan sendratari di Plaza Garuda. Jadi pengunjung bisa duduk di tangga sambil menonton seperti di amphitheater terbuka. Beruntung cuaca sedang cerah.

Patung Garuda
Menunggu pertunjukan Sendratari

Kami cepat-cepat cari posisi terbaik untuk menonton pertunjukan yang akan dimulai. Ternyata, ada rombongan karya wisata dari sebuah sekolah. Mungkin karena itu pertunjukan digelar, karena kalau nggak ada mereka, GWK sangat sepi waktu itu. Hampir semua penonton adalah anak SMP dari rombongan yang sama, kami jadi kelihatan seperti gurunya, hehe.

Pertunjukan dimulai
Tari Kecak dengan tokoh Bagawan Kasyapa di tengah dan Kuda Uchaisrawa

Sendratari yang dipentaskan mengisahkan mitologi Garuda Wisnu Kencana itu sendiri. Kisahnya, Dewi Winata, ibunda sang Garuda, kalah dalam taruhan menebak warna ekor Kuda Uchaisrawa. Gara-gara itu, sang ibu dijadikan budak oleh Sang Kadru, ibu para naga. Nah di cerita ini, Garuda rela melakukan apapun untuk membebaskan sang ibu.

Ketika Garuda meminda Kadru untuk melepaskan ibunya, ia memberi syarat yaitu Garuda harus membawakannya Tirta Amertha atau air suci. Singkat cerita, Tirta Amertha ini berhasil didapat oleh Garuda dari Dewa Wisnu. Sang Dewa juga memberi syarat ketika memberinya air suci, Garuda harus menjadi kendaraannya. Sejak itulah Garuda menjadi kendaraan Dewa Wisnu sehingga sering disebut Garuda Wisnu Kencana.

Dewi Winata

Penggambaran para bidadari di Khayangan

Garuda sedang terbang di Khayangan

Garuda menghadap Dewa Wisnu

Garuda masuk wilayah para Naga

Keasikan nonton kisah Garuda, nggak kerasa langit sudah gelap. Antara senang nonton pertunjukan dan sedih karena jadi nggak bisa masuk ke patung GWK yang baru karena sudah malam. Jadi, kami lanjut foto-foto sebentar saja di area Plaza Garuda.

Patung Garuda Wisnu Kencana

Plaza Garuda pada malam hari

Setelah puas foto-foto, kami jalan melewati gerbang keluar dari area berbayar. Di jalan menuju pemberhentian shuttle, jalur pejalan kaki dilewatkan ke sebuah toko souvenir. Toko ini terlihat sangat bagus dan dikelola profesional seperti department store di mall. Di sini kami tertarik untuk memberi minyak aromaterapi, lumayan bisa dipake buat berendam di bathup di hotel.

Kain khas bali di toko souvenir
Produk perawatan tubuh juga ada

Kembali ke hotel

Setelah keluar dari kawasan GWK, kami mampir dulu untuk makan malam di Warung Pecel Bu Tinuk di Jalan Raya Kuta. Untuk rasanya sih lumayan, lebih enak dari kebanyakan pecel di Jakarta. Cuma buat kami ini harganya lumayan mahal untuk sebuah nasi pecel. Tapi, memang warung ini lokasinya strategis dan banyak didatangi turis, jadi wajar kalau harganya agak mahal. Aku lupa persisnya habis berapa, kira-kira sekitar 30 sampai 40 ribu per porsi belum termasuk minuman.

Pecel Bu Tinuk

Trip Hari Ketiga

Perjalanan di hari ketiga akan aku ceritakan pada artikel berikutnya. Pastikan kamu ikuti sampai habis biar dapat inspirasi yang lengkap untuk rencana liburanmu ke Bali.

Terima kasih sudah mampir dan membaca cerita kami.




Posting Komentar untuk "Jelajah Bali Hari kedua: Tanah Lot dan Garuda Wisnu Kencana"